REAKSIMEDIA.COM | Halmahera Utara – Tobelo, ibu kota Kabupaten Halmahera Utara, dikenal sebagai salah satu pusat perikanan dengan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Namun, para nelayan di wilayah ini tengah menghadapi tantangan serius terkait pemasaran hasil tangkapan mereka.
Hari ini sekitar 16 unit kapal ikan/pajeko masuk di pelabuhan perikanan TPI.tapi sayangnya hasil tangkapan ikan yang melimpah tidak sebanding dengan jumlah pembeli, membuat mereka terpaksa menjual ikan dengan harga sangat murah atau bahkan membiarkannya membusuk.
Lebih parahnya lagi, empat perusahaan perikanan yang beroperasi di daerah ini enggan membeli dan menimbang ikan dari nelayan, tanpa ada alasan yang jelas.
Seorang nelayan di Tobelo sekaligus pemilk kapal/pajeko Chirtian Malauri mengaku sudah beberapa hari ini hasil tangkapannya tidak laku.
“Kami melaut, mengeluarkan modal untuk bahan bakar,es batu dan anfrakan yang cukup besar.tapi saat pulang, ikan tidak ada yang mau beli. Padahal perusahaan besar di sini ada empat, tapi tidak satu pun yang mau menimbang atau membeli ikan kami,” keluhnya.
Bahkan ada beberapa perusahan yang sudah tidak beroperasi selama beberapa tahun terakhir.
Menurut Christian Malauri, kondisi ini menyebabkan banyak ikan terbuang sia-sia. “Dulu harga ikan cakalang bisa Rp15.000-Rp.20.009 per kilogram, sekarang bahkan Rp5.000 saja tidak ada yang mau beli.begitu juga dengan ikan jenis lain yang biasanya di jual Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 per coldbx,tapi keadaan sekarang Rp.500.000 per coldbox tidak ada yang mau membeli. Kalau dibiarkan, kami bisa bangkrut,” tambahnya.
Di Tobelo, khususnya di lokasi pelabuhan perikanan setidaknya ada empat perusahaan perikanan yang memiliki fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan ini seolah tutup mata terhadap keadaan nelayan lokal.
“Kami tidak tahu alasan pasti, tapi kalau perusahaan tidak mau beli, kami harus jual ke pengepul dengan harga sangat rendah bahkan kemungkinan terburuk dan dengan berat hati kami harus membuang ikan hasil tangkapan kami.Ini tidak adil,” ujar Christian Malauri.
Hingga kini, pemerintah daerah belum memberikan solusi yang jelas. Nelayan berharap ada intervensi dari Dinas Perikanan Provinsi dan kabupaten untuk memastikan perusahaan-perusahaan ini tetap membeli ikan nelayan dengan harga yang wajar.
Sudah menjadi rahasia umum bawha kami di halmahera utara belum ada PERDA yang mengatur tentang standard harga ikan sehingga pengusaha ikan terkesan sering mengambil kesempatan dan keuntungan dengan keadaan ikan yang melimpah. bahkan selama ini Pemerintah dareah di anggap belum mampu memaksimalkan hasil laut halmahera utara karena ikan hasil tangkapan nelayan lokal lebih sering di bawa ke beberapa kabupaten di luar halmahera utara.
Krisis perikanan di Tobelo ini harus segera diatasi agar nelayan tidak semakin terpuruk.jika memang pengelola perusahaan perikanan saat ini tidak mampu mengelolah hasil laut nelayan halmahera utara,sekiranya Pemerintah sesegera mungkin mencari solusi untuk memdatangkan investor baru demi kesejahteraan para nelayan lokal yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Laporan : Edwin Tatipang
Tags: halmahera utara
-
Penutupan dan Penyerahan Bulan Dana PMI Kabupaten Pekalongan
-
Talisasi Cagar Budaya Gereja Tugu Semper Barat Jakarta
-
Polsek Wonosalam Melaksanakan Pengamanan Pawai Santri
-
Dukung Kesuksesan Pengamanan Kunker Presiden ke Bengkulu Utara, Polres Mukomuko Terjunkan Personelnya
-
Artis Model Cania Sunny Manurung Peragakan Busana Long Drees Hitam di HUT PARFI 67 th
-
Dispermasdes Kabupaten Tegal Gelar Penyuluhan TMMD Sengkuyung Tahap III di Desa Karanganyar
-
Dirjen Otda Kemendagri Resmikan E-Perda di Kalsel
-
Babinsa Koramil 1710-02/Timika Bantu Warga Bersihkan Rumput Liar Yang Tumbuh Di Kebun Kelengkeng Dan Matoa
-
Peringati HUT ke-75, Kodam III/Siliwangi Gelar Ziarah Ke TMP Cikutra.
-
Polri Angkat Bicara soal Pengacara Brigadir J Tak Diizinkan Ikuti Rekonstruksi